Covid-19 dan Tatanan Perubahan Sosial Masyarakat

 

Covid-19 dan Tatanan Perubahan Sosial Masyarakat





Coronavirus 2019 ( covid 19 ) adalah penyakit menular yang disebanbkan oleh sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pertama kali diidentifikasi pada desember 2019 di  Wuhan, Hubei, China dan telah mengakibatkan pandemi di seluruh dunia hingga kini. Kehadiran pandemi covid-19 telah mengubah tatanan dunia dalam waktu singkat dan menimbulkan banyak korban jiwa.

Dalam ilmu sosial, perubahan yang terjadi dalam masyarakat inilah yang disebut dengan perubahan sosial. Perubahan sosial dapat berupa perubahan sosial kearah yang positif atau kearah yang negatif. Secara sosiologis, covid-19 telah menyebabkan perubahan sosial yang tidak direncanakan. Artinya, perubahan sosial yang terjadi secara sporadis dan tidak dikehendaki kehadirannya oleh masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan ketidak siapan masyarakat dalam menghadapi pandemi ini dan mengakibatkan disorganisasi sosial disegala aspek kehidupan masyarakat. Parahnya, kondisi masyarakat yang tidak siap dalam menerima perubahan akibat pandemi covid-19 ini, tentu saja dapat membuat goyahnya nilai dan moral yang telah lama dianut oleh kalangan masyarakat. 

Perubahan sosial yang cenderung mengarah ke positif adalah suatu yang harus dimliki oleh setiap masyarakat. namun perubahan sosial yang cenderung mengarah ke negatif seperti penyakit masyarakat adalah suatu masalah yang harus dihindari, namun jika melihat kepada masyarakat sekarang yang terdampak pandemi dan banyak melakukan hal-hal negatif membuktikan bahwa pandemi covid-19 menyebabkan banyak perubahan sosial kearah yang negatif. 

Dalam bukunya, Piotr Sztompka menjelaskan lebih lanjut bahwa meski demikian, masyarakat pada dasarnya memang akan selalu mengalami perubaha. Masyarakat tidak bisa dibayangkan sebagai keadaan tetap, melainkan sebagai proses yang senantiasa berubahdengan derajat kecepatan, intensitas, irama dan tempo yang berbeda. 

Namun, dalam konteks penyebaran pandemi covid-19 ini, perlu diketahui apakah yang terjadi di masyarakt bersifat total sehingga mengakibatkan sistem sosial yang baru? Atau hanya proses transaksi ulang di dalam sistem sosial sehingga menciptaka kesepadanan yang baru?


Perubahan sosial akibat pandemi covid-19


Dampak pandemi covid-19 memaksa masyarakat untuk adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang diakibatkannya. Seorang pemikir, ahli sejarah sekaligus penulis buku Sapiens dan Homo Deus, Yuval Noah Harari dalam tulisan artikelnya berjudul ‘’The World After Coronavirus’’ yang dimuat Financial Times (20/02/2020), menyataka bahwa ‘’ Badai pastiberlalu, manusia mampu bertahan, namun dunia yang kita tempati akan sangat berbeda dengan dunia sebelumnya’’. 

Segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyarkat di era pandemi covid-19 ini harus dipaksa untuk disesuaikan dengan protokol kesehatan. Hal ini tentu bukan perkara yang mudah, karena covid-19 telah menginfeksi seluruh aspek tatanan kehidupan masyarakat yang telah diinternalisasi secara lembaga melalui rutinitas yang berpola dan berulang. 

Kedepannya, masyarakat akan dihadapi dengan situasi  perubahan yang tidak terfikirkan sebelumnya. Tata nilai dan norma lama akan ditata ulang untuk menghasislkan sistem sosial yang baru. Munculnya tata aturan baru dengan ditandainya himbauan dari pemerintah untuk bekerja, beribadan dan belajar dari rumah. Begitu juga kebiasaan masyarakat yang gemar berkumpul dan bersalaman, sekarang dituntut melakukan pembatasan sosial.  Kebijakan physical distancing mengubah ragam bentuk prilaku masyarakat yang mengharuskan adanya jarak fisik dalam proses interaksi sosial. Dalam hal ini, prilaku dan kebiasaan masyarakat secara convensional  dimasa pra-pandemi kemudian ditransformasikan melalui pola interaksi virtual. Kondisi ini mempertegas bahwa peran teknologi begitu penting sebagai perana interaksi sosial di masa pandemi ini. 

Perubahan sosial di era pandemi ini juga melahirkan kebiasaan baru berupa terjadinya perubahan perilaku sosial masyarakat dalam banyak aspek. Berdasarkan hasil survei sosial demografi dampak covid-19 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa sekitar 72% selalu dan teratur menjaga jarak fisik dalam seminggu terakhir, sebanyak 80,20% responden menyatakan mereka sering mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker, 82,52% responden selalu menghindari transportasi umum, dan sebanyak 42% responden mengaku mengalamui peningkatan belanja online selama covid-19.

Merespon situasi kritis akibat covid-19, pemerintah kemudian menerapkan kebijakan yang disebut dengan kenormalan baru (new normal). Tentu berbagai kebijakan akan berimplikasi secara langsung terhadap segala bentuk perubahan sosial di masyarakat. 




New Normal


Kondis new normal akan mengakibatkan perubahan sosiual, termasuk pola prilaku dan proses interaksi sosial masyarakat. Sederhananya, new normal menekankan pola prilaku untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal tetapi tetap dengan menerapkan protokol kesehatan yang harus dibiasakan. Walaupun begitu, new normal tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak diimbangi dengan kedisiplinan dan kesadaran tinggi dari masyarakat.

Oleh karena itu, masyarakat harus terus di edukasi secara terus-menerus untuk menerapkan new normal dalam aktivitas sosial mereka tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan. Sebab covid-19 memaksa kita untuk mengikuti perubahan .  

Dengan demikian, masyarakat telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti taraf kehidupan semakin kompleks. Proses tersebut tidak hanya terlepas dari berbagai perkembangan, perubahan dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek demografi, ekonomi, organisasi, politik, iptek, dan lainnya. 

Komentar

Postingan Populer