Arunika
Arunika
Awal mula aku melihatnya saat pulang sekolah di per empatan lampu merah terlihat segerombolah anak-anak usia 8-9 tahun dengan satu orang remaja mengamen dipinggir jalan, dengan wajah cantik tanpa polesan meke up, kulit kuning langsat sedangkan kilau hazelnya memancarkan kehangatan bagi yang melihatnya, serta kerudung persegi biru dongker menghiasi mahkota indahnya. Senyum merekah indah dari anak-anak saat mendapatkan pundi-pundi penghasilah setelah selesai menyanyi.
Entah apa yang melatar belakangiku mengikuti gadis itu sampai sini, sebuah tempat tinggal dimana terdapat banyak anak-anak bahkan bayi sekalipun meneduhkan hidup mereka. Awalnya aku berfikir 'apakah dia hanya membantu anak-anak lalu mengantarkannya pulang, baru setelah itu dia melanjutkan aktifitasnya untuk pulang, namun sebuah hal indah terjadi didepan mata, aktifitas biasa yang bahkan tidak pernah aku perdulikan saat mbak( asisten rumah tanggaku) melakukannya. Menyapu!!! Apa aku sedah hilang akal? Entahlah aku sendiri tidak tau jawabannya. Mungkin saja jika Tuhan tidak mengirimkan mendung bisa saja aku bermalam disini, tapi siapa yang bisa menolak kehendaknya untuk membuatku pulang? Memilih pulang dan meninggalkan tempat yang mengusikku, tempat yang membuat vibration in my heart. Panti Asuhan Melati.
---------------
Bukan perkara mudah menghilangkan bayang-bayang kilau hazel itu dari otakku, untuk pertama kalinya aku mengakui ada wanita atau gadis cantik selain mamaku. Seperti SMA pada umumnya, istirahat adalah mata pelajaran yang paling disukai banyak siswa, tapi berbeda dengan sekolah konvensional pada umumnya, SMA R. Alexander memiliki jam istirahat yang panjang, mulai dari jam 11.00 -13.00, lalu belajar kembali hingga jam 15.30. waktuistirahat yang biasa di gunakan oleh anak pintar membaca buku dan belajar, sedangkan anak malah macam aku ini menghabiskan waktu dikantin. Bukan tanpa alasan jam istirahat disini lebih panjang, sekolah ini terkenal karena hanya kalangan berduit yang bisa menyekolahkan anaknya disini, bahkan program beasiswa yang ditawarkan hanya menampung dua orang kalangan bawah setiap tahunnya. Jadi bukan hal aneh jika sekolah ini lebih bisa dibilang replika dari universitas.
Satu hal yang mengalihkan pandanganku dari orang-orang berbau barang ber merek di sepanjang lorong sekolah adalah dua orang gadis cantik ralat hanya satu yang cantik sedang mengobrol didepan kelas XII IPA A. Aku tidak menyangka dia sekolah ditempat yang sama denganku bahkan memiliki kelas yang bersebelahan dengaku. Bagai mana bisa aku tak mengetahui gadis cantik itu selama ini!!!
Satu hal yang ku syukuri terlahir dari keluarga yang kaya ini adalah saat daddy membiarkanku membeli sesuatu untuk ku bawa kesebuah tempat indah yang akan kami kunjungi. Tempat dimana seorang manusia dapat mencuri hati manusia lainnya.
" Selamat malam bu ana" sapa mamaku saat pintu didepannya terbuka
"Malam, mari masuk tuan dan nyonya" sapa wanita paruh baya yang dipanggil ibu ana
Ibu ana meninggalkan kami kebelakan sebentar saat kami memutuskan untuk duduk.
"Daddy udah lama menjadi donatur disini?" Tanyaku sambil melihat sekeliling ruangan
" Sekitar empat tahun, " singkat padat dan jelas. Itulah mengapa wajahku terkesan angkuh dan menyeramkan, itu semua karena salah daddy ku yang menurunkannya padaku
"Di panti ini juga ada anak yang sekolah di sekolahan kita low bang, anaknya cantik lagi. Iyakan honey?" Ucap mamaku meminta persetujuan daddy
Obrolan tak berfaedah, kata daddyku itu terhenti saat ibu ana membawa nampan berisi cemilan dengan seorang malaikat dibelakangnya membawa nampan minum. Bahkan wajahku yang penuh minat membuat mama dan daddy terkekeh geli
"Runa, bisa temenin anak tante keliling panti dulu? Tante ingin berbicara serius dengan ibu ana" ucap mama dengan mengerling padaku
Hanya melihat dari belakang saja saat kami berjalan ke teras samping rumah membuatku tetap terpana dibuatnya,
"Duduklah, kau ingin minum apa?" Tanyanya, dan hollaaa, suaranya begitu merdu mendayu-dayu di telingaku
"Teh" ucapku singkat agar tak ketahuan gugup
Setelah teh dan cemilan diletakan dimeja pemisah tempat duduk kami, tak ada lagi obrolan yang terdengar
"Siapa namamu?" Tanyaku penasaran
"Arunika, Arunika Az-Zahra"
"Nama yang idah, seindah mata yang kamu miliki, mata yang memancarkan kehangatan dan keindahan pagi hari" ucapku menatap wajahnya
Dia tersenyum dan berkata
"Itulah arti namaku" ucapnya dengan melihat kembali tanaman didepan kita
"Bisakah aku melihatnya setiap pagi saat aku membuka mata?" Ucapku yang membuatnya terkejut tanpa mengatakan apa pun tapi dengan mengembangkan senyum indahnya.
---------Petrikor------

Komentar
Posting Komentar